Rabu, 23 Mei 2012

Agama budha di korea dan jepang


A.    Agama budha di korea

[1]dikorea,agama buddha mencapai puncak kejayaannya dibawah dinasti koryo,khususnya antara tahun 1140-1390.pendiri dinasti ini adalah umat budha yang taat yang menyerahkan keberhasilannya pada lingkungan budha.penerus-penerusnya tak pernah ragu-ragu mendukung agama ini.tiap raja memilih seorang bonze sebagai ‘’pembimbing’’ atau penasehatnya.kitab suci dibawa didepan raja bila mereka berpergian.edisi-edisi kitab suci yang baik dicetak atas biaya negara.untuk jangka waktu panjang, pemerintah sepenuhnya ditangan para bonze.
sejak abad ke 12 kaum bangsawan adalah pendukung utama agama budha.,tetapi sekarang juga merupakan agama rakyat.unsur-unsur ghaib yang kuat masuk kedalam agama budha,sebagaimana yang terjadi pada agama ini bila sudah benar-benar populer.banyak boze-bonze menjadi ahli memperpanjang hidup,membuat mukjizat,membangkitkan arwah-arwah,dan lain sebagainya.pada tahun 1036 ada suatu undang-undang penghapusan hukuman mati dan memutuskan bahwa dari empat orang anak laki-laki,seorang harus menjadi biksu.dinasti koryo mencurahkan banyak uang untuk upacara-upacara dan bangunan-bangunan agama yang bagus dan karya-karya seni yang tak terhitung banyaknya diciptakan dimasa ini.selama dinasti yuan,khususnya setelah tahun 1258,lamaisme memberikan pengaruh besar.pada abad ke 14 umat budha mendominasi hampir seluruh korea.pada tahun 1310,diputuskan bahwa para biksu tak perlu menghormati siapapun,sedangkan tiap orang harusmenghormati mereka.orang-orang yang telah memilih kehidupan agama,dibebaskan dari masalah-masalah materi.

kedudukan wihara yang memiliki hak-hak istimewa yang berlebihan berakhir tiba-tiba dengan pergantian dinasti pada tahun 1392.konfusianisme sekarang diatas angin,para biksu kehilangan dukungan pejabat dan kehidupan politik,tanah-tanah mereka disita,mereka dilarang berdoa pada upacara pemakaman,23 wihara yang ada di seoul ditutup, dan agama budha menjadi terkucilkan.namun sebagai agama masyarakat ia tetap ada,jauh dari kota-kota,dipegunungan intan yang agak sulit dicapai.secara doktrin,agama budha ini adalah campuran dari ch’an,amidisme,dan takhayul setempat.antara tahun1910-1945 bangsa jepang memacu agama budha,tetapi ia tetap dalam keadaan yang agak lemah.

B.     Agama budhha di jepang

            [2]Berbeda dengan keadaan di China di mana agama Buddha berawal dari lingkungan keluarga, di Jepang pengenalan agama Buddha menjangkau bangsa Jepang secara menyeluruh. Agama Buddha diperkenalkan ke Jepang melalui Kudara di Pakche, salah satu kerajaan di semenanjung Korea pada tahun 522, dan oleh penguasa politik Jepang pada waktu itu dimaksudkan sebagai perlindungan bagi negara. Agama baru ini diterima oleh dinasti Soga yang berkuasa. Sejarah agama Buddha di Jepang dikelompokkan ke dalam tiga periode,yakni :
Periode kedatangan (abad ke 6-7), mencakup periode Asuka dan Nara
Periode nasionalisasi (abad 9-14), mencakup periode Aeian dan Kamakura
Periode lanjutan (abad 15-20), mencakup periode Muromachi, Momoyama, dan Edo serta zaman modern.

·         Periode kedatangan

[3]Manifestasi agama Buddha pada periode ini adalah penyesuaian (adaptasi) terhadap kepercayaan asli bangsa Jepang, yakni agama Shinto. Para bhiku pada masa ini harus dapat melaksanakan upacara keagamaan bersamaan dengan upacara pemujaan nenek moyang. Secara bertahap agama Buddha dapat mempertahankan diri dan berkembang di antara rakyat banyak tanpa menyisihkan agama Shinto.Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana agama Buddha diterima oleh keluarga kaum aristo­crat. Kaum aristocrat di Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual. Begitu kaum aristocrat menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke seluruh negeri berlangsung dengan cepat.
 Beberapa penguasa di Jepang pada zaman kuno menerima agama Buddha sebagai pedoman hidup. Pangeran Shotoku (574-621), di bawah pemerintahan Ratu Suiko banyak berperan dalam perkembangan agama Buddha di Jepang, misalnya dengan mendirikan Vihāra Horyuji dan menulis banyak komentar mengenai ketiga kitab suci agama Buddha.Pada periode ini tercatat enam aliran agama Buddha yang diperkenalkan dan berkembang di Jepang, yakni :
Kusha (aliran Abhidharmakosa),
Sanron (aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika),
Jojitsu (aliran Satyasiddhi-sastra),
Kegon (aliran Avatamsaka),
Hosso (aliran Dharma-laksana),
Ratsu (aliran Vinaya).


·         Periode nasionalisasi
 Periode ini diawali dengan munculnya dua aliran agama Buddha di Jepang, yaitu aliran Tendai oleh Saicho (797-822) dan aliran Shingon oleh Kukai (774-835). Tujuan dari para pendiri aliran tersebut adalah agar agama Buddha dapat diterima oleh rakyat Jepang.Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama ini dan membuat patung Bud­dha yang besar di Nara serta menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.
Sekte Kegon (Huan Yen) versi Jepang memberikan ideologi Buddhis baru bagi negara. Selama pemerintahan Nara terdapat 6 sekte yang berkembang di Jepang. Sekte Kagon (sekte Hwaom Korea) adalah sekte yang mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha. Pandangan dan kepercayaan ini didasarkan pada Avatamsamkasutra. Pendidikan dan pemikiran Ritsu terutama lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra. Dengan adanya cara penyelamatan yang ideal ini menjadi jelas bagi raja bahwa rohaniawan terlalu banyak berperan dan aktif di dalam politik.
Selama pemerintahan anak perempuan (putri) Kaisar Shoma, bhiku Donkyu yang bertindak selaku pejabat pemerintah dari putri kaisar tersebut telah mencoba untuk menjadi kaisar. Hanya karena adanya perlawanan para aristocrat, maka Jepang tidak menjadi negara teokrasi beragama Buddha aliran Tibet. Sebagian dari perlawanan ini karena adanya tekanan dari Sagha, karena adanya situasi yang tidak menguntungkan ini, akhirnya pengadilan memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Kyoto pada tahun 794.
 Pada tahun 804, Bhiku Saichi dikirim ke China dan kemudian kembali ke Jepang untuk mengajarkan (membabarkan) doktrin dari Tien Tai (dalam bahasa Jepang disebut Tendai).Walaupun sekte Hasso telah mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan, tetapi Tendai menekankan pembabatan dan penyelamatan alam. Agama Buddha Jepang yang berkarakter Jepang terus berlangsung dan dapat didengar dalam pendidikan dan pemikiran baru dari masa Huan. Kompleks Vihāra Tendai di atas pegunungan Hie dikenal sebagai cikal bakal dari agama Buddha di dalam menyelamatkan keamanan negara.


 Aliran Shingon adalah salah satu bentuk dari aliran Tantra yang diperkenalkan kepada Jepang oleh Bhiku Kukai di awal abad ke-­9. Agama Buddha Shingon menentukan penyatuan dari pemeluknya dengan Buddha (persatuan Kawula-Gusti) dalam berbagai macam bentuknya.Dalam perkembangan sekte-sekte Buddhis, Tendai dan Shingon bercampur baur dengan agama Shinto yang nampak dalam penyatuan pemujaan dewa Shinto dan dewa-dewa dalam agama Buddha, sehingga terjadi persekutuan pemujaan.
 Gerakan dalam agama Buddha terjadi pada abad ke-10 dengan munculnya kepercayaan terhadap Buddha Amitābha. Banyak orang yang memeluk kepercayaan ini karena kesederhanaan ajaran, yakni dengan mengucapkan ”Amitābha Buddha” secara berulang-ulang akan terlahir di Tanah Suci (Sukhavati). Kemudian gerakan lain banyak muncul pada abad ke-13 karena banyak didorong oleh cita­-cita umat awam untuk mencapai kemurnian dan kesederhanaan ajaran maupun caranya. Pandangan ini banyak dianut oleh para petani dan prajurit.
[4]pada periode kamakura (1192-1335),mazhab amida dan zen muncul kepermukaan,seperti yang terjadi di china pada tahun 1000 masehi.sekte amida yang pertama,dikenal sebagai yuzu nembutsu,telah didirikan pada tahun 1124 oleh ryonin,yang melihat jalan penyelamatan dengan melafal ‘’’nembutsu’’ terus-menerus, yaitu dengan kata-kata namu amida butsu,hingga 60.000 kali sehari.ia juga mengajarkan bahwa permohonan ini akan jauh lebih baik jika diulangi untuk orang lain dari pada untuk tujuan diri sendiri.sektenya ini tidak pernah mempunyai banyak pengikut,walaupun masih tetap ada. Yang jauh lebih berpengaruh adalah jodo atau aliran ‘’tanah suci’’ yang didirikan oleh honen (1133-1212),seorang pendeta yang luar biasa terpelajar dan lembut.
zen segera tersebar diantara para samurai,khususnya dalam bentuk rhinzai,sesuai dengan ungkapan pribahasa,bahwa: ‘’rhinzai untuk jenderal,soto untuk petani’’. Dengan cara ini,zen menciptakan  bushido ‘’jalan kesatria’’, dan hubungan dekat dengan kelas prajurit ini merupakan salah satu transformasi agama buddha yang mengagumkan.zen banyak merangsang kepekaan bangsa jepang terhadap keindahan (mono-no-aware).seperti yang dilakukan ch’an di china,begitu pun zen di jepang sejak akhir periode kamakura banyak menstimulir arsitektur,seni pahat,lukisan,kaligrafi,dan barang-barang tembikar,dan juga puisi dan musik.
ikatan erat antara zen dan nasionalis bangsa jepang sering kali ditekankan.literatur buddha diperkaya lagi dengan dua bentuk sastra baru,yaitu drama noh dan ‘’lagu-lagu perpisahan’’.di dalam kebudayaan yang didominasi oleh samurai, kematian adalah realita yang selalu terjadi dan mengatasi ketakutan akan kematian adalah salah satu tujuan latihan zen.di bawah ashikaga shogun (1335-1573), zen memperoleh dukungan pemerintah.pengaruh budayanya mencapai puncak dan tersebar diantara masyarakat umum karena isinya lebih mengutamakan tindakan nyata daripada pikiran-pikiran spekulatif.tindakan-tindakan haruslah sederhana,namun mendalam dan ‘’indah bersahaja.’’

setelah tahun 1500,agama buddha jepang tidak lagi berjalan mulus. Kekuatan kreatifnya telah memudar dan kekuatan politiknya telah terpecah. Nabunaga menghancurkan kubu tendai di heizen pada tahun 1571,dan hideyoshi melakukannya pada pusat shingon besar di negoro pada tahun 1585.Dibawah pemerintahan tokugawa (1603-1867),konfusianisme bangkit kembali. Kemudian pada abad ke-18, shintoisme yang militan bangkit kembali.agama budha surut ke belakang layar,organisasi dan aktivitas para biksu diawasi pemerintah dengan hati-hati,untuk menjamin pendapatan-pendapatan wihara dan pada saat yang sama mencegah berkembangnya kehidupan yang independen di dalamnya.agama budha tenggelam dalam keadaan yang lamban.tetapi tradisi sekte ini tetap berlanjut.sekte zen menunjukan kegairahan.pada abad ke-17,hakuin memperkenalkan kehidupan baru kepada sekte rinzai dan sekte ini menganggapnya sebagai pendiri kedua ; pujangga basho mengembangkan gaya puisi baru.pada tahun 1655,sekte zen yang ketiga,obakhu masuk dari china dan tetap menggunakan karakter-karakter khas china.tahun 1868 agama budha amat diabaikan dan dalam waktu singkat sepertinya agama ini akan musnah.tapi setelah tahun 1890,pengaruhnya kembali meningkat dan pada tahun 1950,dua pertiga dari penduduk menganut salah satu sekte utama.adaptasi terhadap kehidupan moderen dan terhadap persaingan dengan umat kristen lebih banyak terjadi disini dari pada di negara-negara budha lainnya.pada tahun-tahun terakhir,zen jepang menarik banyak perhatian di eropa dan amerika,dan penafsir yang sangat baik adalah D.T.Suzuki.Pada zaman Kamakura mulai timbul feodalisme di Jepang. Aliran-aliran agama Buddha yang tumbuh dalam suasana feodalisme tersebut di antaranya adalah Zen yang diperkenankan oleh Eisai (1141-1215), Dogen (1200-1253) serta Nichiren yang didirikan oleh Nichiren (1222-1282).

·         Perkembangan Nichiren

Pada abad ke-13, agama Buddha di Jepang menghasilkan seorang pembaharu yakni Bhiku Nichiren (1222-1282). Pemimpin yang memiliki kharisma ini mengajarkan bahwa keselamatan dapat dicapai dengan mengucapkan kata-kata suci NamaMyohorengekyo (terpujilah Sadharmapundarika Sūtra) dan beliau tidak ragu-ragu untuk mengkritik orang lain. Ramalan Nichiren mengenai bangsa Mongol yang akan menyerang Jepang menyebabkan sekte ini terkenal di Jepang.Dalam sekte Nichiren terdapat dua kelompok yang besar, yaitu :
Nichiren Shu
Nichiren Shoshu
            Setelah Nichiren wafat, para pengikutnya sepakat bahwa yang bertanggung jawab memelihara makamnya seharusnya dilakukan secara bergiliran oleh para siswa utamanya. Seorang di antaranya adalah Niko yang menyatakan bahwa jika gilirannya tiba maka dia bersama pengikutnya akan memelihara makam itu secara tetap. Sebaliknya para siswa utama yang lain, di antaranya Nichiko meninggalkan Gunung Minofu, tempat makam Nichiren di Candi Kuonvi, dan pada tahun 1290 mendirikan Vihāra Daisekeji, yang kini merupakan pusat Nichiren Shoshu di kaki Gunung Fuji. Perlawanan Nichiko kepada lima siswa yang lain tidak hanya terbatas pada pewarisan makam Nichiren, tetapi lebih daripada itu, yaitu pemisahan total secara doctrinal (ajaran).
Dalam melawan 5 teman seperguruannya yang memegang teguh 28 pasal dari Sadharmapundarika Sūtra (yakni 14 pasal pertama yang disebut Jakumon dan 14 pasal berikut yang disebut Honmonyang) yang merupakan sifat eternal dari Buddha untuk menyatakan diri Beliau agar manusia dapat mengetahui dan berkomunikasi dengan beliau.Nichiren Shoshu berkeyakinan bahwa Nichiren adalah pendiri agama dan Nichiko sebagai pendiri sekte ajarannya. Nichiren adalah seorang Bodhisatta (Bosatsu) dan bukan Bud­dha zaman sekarang. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan yang tajam dan tidak adanya kesesuaian paham dan langkah antara sekte Nichiren Shoshu dengan sekte-sekte agama Buddha yang lain.
 Pada khotbahnya yang terakhir yang dikenal dalam bahasa Jepang sebagai ohudsu myogo menyerukan kesatuan antara penguasa negara dan lembaga Buddhis dan menuntut agar agama Buddha dinyatakan sebagai agama negara. Dengan berprinsip bahwa masa ini adalah zaman mappo (akhir zaman) sehingga terjadi kemerosotan, maka dalam agama Buddha, Nichiren Shoshu yang paling berhak memberikan keselamatan yang berharga, sedangkan Buddha Gotama menduduki posisi kedua. Bahkan Lotus Sūtra yang oleh aliran Nichiren dipandang sebagai puncak ajaran Buddha Gotama dianggap kurang penting dibandingkan dengan 7 suku kata nichiren vat tu nama Muoho rengekyo (terpujilah pembabaran Lotus Sūtra).
Pertentangan antara Nichiren Shoshu dengan sekte-sekte agama Buddha yang masih berpegang pada ajaran Buddha Gotama dipertajam dengan ajaran "semua manusia dan makhluk-makhluk surga kecuali Buddha (Buddha Nichiren)” adalah pengikut jalan sesat, oleh karena itu sūtra-sūtra aliran Kegon, Agon, Hodo, hanya Nehan, dan Danichi, semua Sūtra kecuali Lotus Sūtra, adalah ajaran sesat. Semua orang yang membimbing orang 7 sekte kecuali sekte Tendai adalah ”Setan Penyiksa” yang mengatur orang-orang ke jalan sesat. (All of the human and heavenly realm except that of the Bud­dha are evil ways. Therefore Kegon, Agon, Hodo, hannya, Nehan, Dainiehi sutras all the sutras except the Lotus Sutra, are evil ways. All those who lead people into any of the seven sects except Tendai are tormenting devils leading people in to the evil paths).


·         Periode Lanjutan

Dengan berakhirnya periode Kamakura, maka di Jepang tidak terdapat perkembangan agama yang berarti, kecuali meluasnya beberapa aliran.Pada zaman Edo (1603-1867), agama Buddha sudah kembali menjadi agama nasional di bawah perlindungan Shogun Tokogawa. Pada masa pemerintahan Shogun Tokogawa, agama Buddha di Jepang menjadi tangan (alat) dari pemerintah. Vihāra sering digunakan sebagai pendataan dan pendaftaran penduduk dan dijadikan salah satu cara untuk mencegah penyebaran agama Kristen yang oleh pemerintah feodal dianggap sebagai ancaman politik.
Agama Buddha tidak begitu populer di kalangan masyarakat pada masa pemerintahan Meiji (1868-1912). Pada waktu itu, muncul usaha untuk menjadikan Shinto sebagai agama negara, yang dilakukan dengan cara memurnikan ajaran Shinto yang telah bercampur dengan agama Buddha, dan untuk itu dibutuhkan suatu penyelesaian. Cara yang dilakukan antara lain dengan menyita tanah vihāra dan membatasi gerak-gerik para bhiku.Keadaan tersebut berubah setelah restorasi Meiji pada tahun 1868, agama Buddha menghadapi saingan dari agama asli, Shinto. Namun hal itu dinetralisir dengan kebebasan memeluk agama yang diberikan oleh undang-undang dasar Jepang.
 Selama periode ultra nasional (1930-1945) pemikir-pemikir agama Buddha menyerukan penyatuan dunia Timur (Asia Timur Raya) ke dalam tanah suci Buddha (Buddha Land) di bawah pengawasan Jepang. Setelah perang berakhir, kelompok-kelompok agama Buddha yang baru dan lama mulai menyatakan bahwa agama Buddha merupakan agama negara yang penuh dengan perdamaian dan persaudaraan.Mendekati berakhirnya masa perang, aktivitas umat Buddha terlihat lebih nyata, diantaranya adalah gerakan dari agama baru seperti Soka Gokkai dari Nichiren Shoshu dan Resso Kosei Kai.


[1] Sejarah singkat agama budha,edward conze,karaniya jakarta
[2] Sejarah perkembangan buddha,tim penyusun buddhakketta cv dewi kayana
[3] ibid
[4] Sejarah singkat agama budha,edward conze,karaniya jakarta

1 komentar:

  1. Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Kuil Meiji di Tokyo ,didedikasikan buat roh ilahi (Kami) Kaisar Meiji dan Permaisuri Shohen.
    Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka blog di http://stenote-berkata.blogspot.com/2021/06/tokyo-di-kuil-meiji.html

    BalasHapus