BAB
I
PENDAHULUAN
Alam
semesta ini merupakan suatu tata teraturan dunia yang terdiri atas matahari,
bulan, bintang, gunung, udara dan lain-lain serta dalam hal itu orang percaya
akan adanya itu semua, bahwa saat yang sama ada banyak tata dunia. Begitulah
yang dilukiskan orang tentang alam semesta atau jagad raya yang terbentang tak
terbatas jauhnya di dalam ruang dan waktu[1] .
dalam ilmu mantiq alam terbagi menjadi dua bagian yaitu : alam mikrokosmos dan alam
makrokosmos. Alam mikrokosmos
berbicara tentang manusia dan alam
makrokosmos berbicara tentang alam jagad raya.
Dalam
ajaran agama budha, alam adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang
mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu bisa disebut Sankhata Dharma yang bearti ada, yang tidak
mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah.[2]
Dalam ajaran Budha, kelahiran setiap makluk hidup dapat terjadi di dalam
berbagai macam alam yang berbeda-beda keadaanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsepsi Tentang
Alam
Dalam visudha maga 2204 loka atau
seluruh alam di kelompokan atas shankharaloka, sattaloka dan okasaloka.
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, Sattaloka
yaitu alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak dan Okasaloka adalah alam
tempat.[3]
1.
Sattaloka
Terdiri dari tiga puluh satu alam kehidupan yang dapat
dikelompokan atau digolongkan menjadi Kamolaka, Rupaloka, dan Arupaloka.
a.
Kamaloka
Kamaloka merupakan alam kehidupan yang
masih senang dengan nafsu birahi dan terikat oleh panca indriya. Kamaloka
terbagi menjadi 11 macam-macam alam kehidupan yang terbagi menjadi dua bagian
yakni : empat alam kehidupan yang dapat disebut Apayabhumi atau Duggatibhumi dan
tujuh alam kehidupan yang disebut Sugatibhumi atau Kamasugatibhumi. Apayabhumi
merupakan alam neraka, tempat tumimbal lahir yang paling tidak menyenangkan,
yang keadaanya lebih rendah dari pada alam kemanusiaan. Dan apayabhimi terdiri empat
macam yaitu :
1.
Tiracchana-Bhumi
atau Tiracchana-Yoni, yang merupakan alam binatang mengapa demikian karena
makhluk-makhluk yang berdiam di alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus.
Tiracchana-Bhumi terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama kelompok makhluk binatang
yang dapat dilihat dengan mata biasa dan yang kedua kelompok makhluk binatang yang
tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Dan ada empat kelompok makhluk binatang
yang tidak berkaki dan berkaki, diantaranya :
a. Apadatiracchana,
yaitu kelompok makhluk binatang yang tidak mempunyai kaki
b. Dvipadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai dua kaki
c. Caturpadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai empat kaki dan
d. Bahuppadatiracchana,
kelompok makhluk binatang yang mempunyai banyak kaki.
2.
Niraya-Bhumi
atau Nikaya yaitu alam neraka yang keadaannya sangat menyedihkan, dan hanya
sementara, tidak abadi. Serta tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan.
Niraya-Bhumi terbagi menjadi 8 macam yaitu :
1.
Sanjiva-Naraka
2. Kalasutta-Naraka
3. Sanghata-Naraka
4. Roruva-Naraka
5. Maharoruva-Naraka
6. Tapana-Naraka
7. Mahatapana-Naraka
dan
8. Avici-Naraka
3.
Peta-Bhumi atau Alam Setan yaitu makhluk yang berdiam di alam ini jauh dari kebahagiaan dan kesenangan. Dalam kitab Vinaya
dan Lakkhanasamyutta terdapat 21 macam peta di antaranya :
1. Atthisankhasika-Peta, yaitu setan yang
mempunyai tulang bersambung, tetap tidak berdaging
2.
Mansapesika-Peta, yaitu setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi
tidak mempunyai tulang
3.
Mansapinada-Peta yaitu setan yang mempunyai daging berkeping-keping
4. Nicachaviparisa-Peta yaitu setan yang
tidak mempunyai kulit
5.
Asiloma-Peta, yaitu setan yang berbulu tajam
6. Satilloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu seperti tombak
7. Usuloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu panjang seperti anak panah
8. Suciloma-Peta, yaitu setan yang
berbulu seperti jarum
9.
Dutiyasuciloma-Peta, yaitu setan yang berbulu seperti jenis bulu yang kedua
10. Kumabhanda-Peta,yaitu setan yang mempunyai buah kemaluan yang sangat
besar
11.
Guthakupanimugga-Peta, yaitu setan yang bergelimpang dengan kotoran
12. Ghutakhadaka-Peta, yaitu setan yang
makan kotoran
13.
Nicachavitaka-Peta, yaitu setan perempuan yang tidak mempunyai kulit
14.
Dugagandha-Peta,yaitu setan yang berbauh
sangat busuk
15. Ogilini-Peta, yaitu setan yang
badanya seperti bara api
16. Asisa-Peta, yaitu setan yang tidak
mempunyai kepala
17. Bhikku-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti Bhikku
18. Bhikkuhuni-Peta, yaitu yang berbadan
seperti Bhikkuhuni
19. Sikkhamana-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti pelajar wanita atau calon bhikkuni
20. Samanera-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti samanera dan
21. Samaneri-Peta, yaitu setan yang
berbadan seperti samaneri
4.
Asurakaya-Bhumi atau Alam Asura adalah alam yang dikarenakan makhluk yang
berdiam di ala mini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kesenangan. Asurakaya-Bhumi
terbagi menjadi 3 di antaranya :
1. Dewa-Asura
kelompok dewa yang disebut kelompok asura
2. Niraya-Asura kelompok makhluk neraka yang
disebut asura dan
3. Peta-Asura
kelompok setan yang disebut asura
Tujuh
macam Sugati-Bhumi
1. Manusia
bumi atau atau alam manusia yaitu sudah mengetahui mana yang baik dan buruk.
2. Catumaharajika-Bhumi
atau alam empat dewa, yang menjadi penjuru alam (Davadhatarattha, Davairulaka,
Davavirupakkha, dan Davakuvera).
3. Tavatimsa-Bhumi,
mencapai tingkat budha
4. Yama-Bhumi,
atau alam dewa yama, terbebas dari kesulitan
5. Tusita-Bhumi,
atau alam kenikmatan,para Bodhisattva yang telah menyempurnakan paramita untuk
mencapai tingkat Buddha.
6. Nimmanarati-Bhumi,
atau alam dewa yang menikmati ciptaanya
7. Paranimmita-Vasavati-Bhumi,
atau alam dewa yang membantu menyempurnakakan ciptaan dari dewa-dewa lain.
Catumaharajika-Bhumi
terbagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Akasattha-Devata,
para dewa yang berdiam di angkasa
2. Bhumamattha-Devata,
para dewa yang berdiam di atas tanah
3. Rukakhattha-Devata,
para dewa yang berdiam di atas tanah
b.
Rupaloka ( alam
kehidupan yang mempunyai rupa jhina atau alam bentuk, yang terdiri dari 16 alam
di antarannya :
1. Pathama
Jhana Bhumi ( tiga alam kehidupan Jhana)
a) Brahma
Purohita, alam para mentrinya brahma
b) Brahma
Parisajja, alam pengikut brahma
c) Maha
Brahma, alam brahma yang besar
2. Dutiya
Jhana Bhumi (tiga alam kehidupan Jhana ke 2)
a) Brahma
Parittabha, alam para brahma yang kurang bercahaya
b) Brahma
Appamanabha, alam para brahma yang tak terbatas cahanya
c) Brahma
Abhasana, alam para brahma yang gemerlap cahayanya
3. Tatiya
Jhana Bhumi (tiga alam kehidupan ke 3)
a) Brahma
Parittasubha, alam para brahma yang kurang aurahnya
b) Brahma
Appamanasubha, alam para brahma yang aurahnya penuh dan tetap
c) Brahma
Subhakina, alam para brahma yang aurahnya penuh
4. Catutha
Jhana Bhumi (alam kehidupan Jhana ke 4)
a) Brahma
Asannasatta, alam para brahma yang kosong dari kesadaran (tidak bergerak)
b) Brahma
Vehapphala, alam para brahma yang besar palanya
5. Alam
Jhana ke empat selanjutnya di sebut alam Suddahavas yang terdiri dari 5 alam
yaitu :
a) Brahma
aviha (alam kediaman para makhluk yang tidak bergerak)
b) Brahma
Atappa (alam kediaman para makhluk atau brahma yang suci)
c) Brahma
Sudassa (alam kediaman para makhluk atau brahma yang indah)
d) Brahma
Sudassi (alam kediaman para makhluk atau brahma yang terang)
e) Brahma
Akanittha (alam kediaman para makhluk atau brahma yang luhur)
c.
Arupaloka (alam
kehidupan yang mempunyai arupa Jhana atau alam tanpa bentuk) yang terdiri dari
4 alam di antaranya :
1. Akasanancayatana,
keadaan konsepsi ruangan yang tanpa batas
2. Vinnanacayatana,
keadaan konsepsi kesadaraan tanpa batas
3. Akicannayatana,
keadaan konsepsi kebohongan
4. Nevasannayatana,
keadaan konsepsi bukan pencerapanpun bukan pencerapan.[4]
Menurut ajaran Buddha, alam bukan
dicipta oleh tuhan melainkan dari hubungan sebab akibat. Yang mana hubungan
sebab akibat dianggap sebagai manifestasi dari satu hukum yang berlaku. Hukum
yang tetap, yang pasti, disebut dharma, yang mengatur tata tertib alam semesta,
tidak tercipta, kekal dan imanen. Dharma yang mengatur alam ini disebut
dharmaniyama yang digolongkan menjadi 5 aturan atau hukum, yaitu :
1. Utuniyama
adalah hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energi
2. Bijaniyama
adalah hukum yang menguasai
peristiwa-peristiwa biologis
3. Karmaiyama
adalah hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada sebab akibat
4. Cittaniyama
adalah hukum yang menguasai
peristiwa-peristiwa batiniah
5. Dharmaniyama
adalah hukum yang tidak mengatur ke empat hukum di atas.[5]
B.
Konsepsi tentang
manusia
Manusia
merupakan makhluk yang menempati kedudukan khusus dan mempunyai corak yang
sangat dominan. Dalam ajaran Buddha manusia merupakan titik tolak atau dasar
dari ajaran seluruh Buddha.[6]
Masalah manusia banyak dibicarakan dalam ajaran yang disebut Trilakhana atau
tiga corak umum dalam ajaran Buddha. Tiga corak itu meliputi Anicca, Dukha, dan
Anatta. Ajaran esensinya yaitu bahwa segala bentuk yang ada di alam ini tidak
kekal atau selalu berubah-ubah.
-
Anicca menyajikan
pokok-pokok persoalan untuk perenungan umat Buddha. Perenungan mengenai
ketidakkekalan adalah salah satu dari 3cara utama di dalam meditasi ajaran Buddha
untuk mencapai melihat kedalam vipassan.[7]
-
Dukha
menjelaskan bahwasannya segala yang sesuatu yang ada di alam ini merupakan
dukha. Dalam ajaran Buddha dijelaskan bahwa manusia dalam keadaan penderitaan,
dikarenakan hidup merupakan penderitaan yang tiada henti. Dalam ajaran catur
arya satyani tentang hakikat dukha dapat dibedahkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Dukha
sebagai penderita biasa atau dukha-dukha
2. Dukha
sebagai akibat dari perbuatan atau viparinamadukha
3. Dukha
sebagai keadaan yang saling bergantung atau sankharadukkha[8]
-
Anatta merupakan
ajaran yang mengatakan bahwa tiada “aku” yang kekal atau tetap. Maksudnya bahwa
segala sesuatu tidak mempunyai inti yang kekal (abadi). Anatta terdapat 3
tingkatan, yakni :
1. Tidak
terlalu mementingkan diri
2. Kita
tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja
3. Bila
tingkatan pengetahuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekan akan
pengetahuan dan menemukan bahwa jasmani dan batinya sendiri tanpa aku atau
tanpa pribadi.[9]
Dalam ajaran
budha tentang manusia juga dijelaskan dalam ajaran catur arya satya (empat
kesunyian suci). Dan manusia merupakan kumpulan dari kelompok energi fisik
mental yang selalu dalam keadaan bergerak yang disebut Panchakanda atau 5
kelompok kegemaran yaitu :
1. Rupakhandha
adalah kegemaran akan wujud atau bentuk
2. Vendanakhandha
adalah kegemaran akan perasaan.
3. Sannakhandha
adalah kegemaran akan penyerapan yang menyangkut intensitas indra.
4. Sankharakhandha
adalah kegemaran bentuk-bentuk prilaku.
5. Vinanakhandha
adalah kegemaran akan kesadaran.[10]
C. Catur Paramita
Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat ketuhannan
(paramita) yaitu di dalam batinnya merupakan sumber dari segala perbuatan baik
(kusalakamma) yang tercetus oleh pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita
kita harus dapat mengembangkan paramita itu. Demi untuk kebahagiaan, ketenangan
dan kegembiraan bagi hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri dari Metta,
Karuna, Mudita, dan Upekha. Yang disebut catur paramita.
Disamping adanya sifat ketuhanan, terdapat pula
sifat-sifat Syetan atau jahat (mara) dalam batin manusia dan ini merupakan
sumber dari segala perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran,
ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup kita
tidak terus-menerus dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada
henti-hentinya.
a. Catur
Paramita (Empat Sifat Ketuhanan)
1. Metta:
ialah cinta kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik
(kusalakamma). Bila ini berkembang dosa akan tertekan.
2. Karuna:
ialah kasih saying universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi
akar perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan
3. Mudhita:
ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain
bergembira, yang menjadi akar perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang
issa akan tertekan
4. Upekha:
ialah keseimbangan bhatin universal sebagai hasil dari melaksanaan metta.
Karuna, mudita dan upekha, juga merupakan akar dari perbuatan baik (kusalakamma). Bila ini berkembang moha akan
tertekan dan bahkan akan lenyap.[11]
D. Catur
Mara (Empat Sifat Syetan Jahat)
Mara merupakan sifat syetan yang selalu bertolak
belakang denga sifat paramita. Sifat ini dimiliki oleh manusia yang keduanya
sangat bertentangan. Yang apabila mara menguasai hidup kita akan penuh dengan
derita (dukha). Sifat mara ini dibagi
menjadi empat sifat diantaranya:
1. Dosa
ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila dikembangkannya metta.
Dosa ini secara ethica
(ajaran tentang keluhuran budi dan peraturaan kesopanan) bearti kebencian dan secara psykologis (kejiwaan) bearti
pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek yang bertentangan.
Mengenai hal ini
mempunyai dua nama, yaitu: Patigha =
jijik atau tidak senang dan Vyapada = Kemauan jahat
2. Lobha
ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan
lenyap bila dikembangkannya karuna. Lobha ini secara etika bearti keserakaan
atau ketamaka. Tetapi secara psykologis bearti terikat pikiran pada
objek-objek. Inilah kadang-kadang disebut tanha = keinginan yang tiada henti-hentinya:
kadang-kadang juga disebut Abhijjha = mempunyai nafsu serakah dan kadang-kadang
pula disebut Kama = Nafsu birahi serta raga = hawa nafsu.
3. Issa
ialah iri hati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia.
yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila
dikembangkannya mudita.
4. Moha
ialah kegelisahaan batin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha dan issa,
akan lenyap bila dikembangkannya upekha.
Moha bearti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain dari pada itu moha juga
disebut Avijjha = ketidaktahuan atau Annana = tidak berpengetahuan atau
Adassana = tidak melihat.[12]
b. Pikiran
baik dan pikiran jahat dan akibatnya
Tersebutlah
kata-kata yang di ucapan Buddha Gautama dalam kitab Dhammapada, yaitu bagian
kecil dari Sutta-Pitaka yang berbunyi sebagai berikut:
Ayat
1: Segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan
pikiran dan di bentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertindak
dengan pikiran yang jahat, maka penderitaan akan mengikutinya seperti roda
pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya.
Ayat
2: Segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan
pikiran dan dibentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertindak
dengan pikiran yang baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayangan
yang tidak pernah meninggalkan dirinya.
c. Kejahatan
menerima kejahatan
a. Bilamana
kita membuat suatu kejahatan, janganlah perbuatan jahat itu terulang lagi. Usahakan
agar diri kita tidak senang dengan kejahatan, karena penderitaan adalah sebagai
buahnya.
Haruslah diketahui bahwa sipembuat
kejahatan melihat kebahagiaan selama perbuatan jahatnya belum masuk. Tetapi
bilamana perbuatan jahat telah masuk, maka barulah ia melihat penderitaan
sebagai akibatnnya.
Janganlah kita meremehkan kejahatan
dengan mengatakan, bahwa kejahatan itu tidak akan mencelakakan diri kita.
Jika demikian kita bagaikan si dungu
mengumpulkan kejahatan sedikit demi sedikit, seperti halnya tempayan akan penuh
oleh air yang diisi setetes demi setetes.
b. Perbuatan
jahat adalah yang mengarahkan kita kejalan kehidupan yaitu :
-
Neraka atau neraya
-
Binatang atau
tiracchana
-
Setan atau peta
d.
Kebaikan menerima kebaikan.
a. Bila
kita dapat membuat sesuatu perbuatan baik, maka berusahalah terus dapat
mengulanganya perbuatan baik itu. Perlu diketahui bahwa si pembuta kebaikan
akan melihat penderitaan selama perbuatan baiknya belum masuk. Tetapi apabila
perbuatan baiknya telah masuk, maka akan terlihatlah kebahagiaan.
b.
Perbuatan baik adalah yang mengarahkan kita jalan kehidupan
1.
Alam dewa: yang sebagaian besar di sebabkan oleh seseorang seperti berdana,
mendengarkan dhamma, belajar dhamma, mendengarkan dhamma, menterjemahkan
buku-buku dhamma untuk disebarluaskan, membangun vihara, membangun rumah sakit,
membangun sekolah dan lain sebagainya.
2.
Alam Brahma : yang sebaian besar di sebabkan oleh seseorang banyak sekali yang
melaksanakan samatha bhavana sehingga yang diperolehnya jhana.
Jhana berarti kesadaran/pikiran yang
melekat kuat dalam objek kammatthana
(meditasi), yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada objek dengan kekutan
appna Samadhi (konsentrasi yang padai, yaitu kesadaran/pikiran terpusat pada
objek dengan kuat).
3
Nibbana atau Nirvana;
yang sebagain besar disebabkan oleh seseorang melaksanakan vippasana bhavana
sehingga menjadi Arahat. Arahat berarti orang suci tingkat keempat yang
terbebas dari kelahiran dan kematian atau telah bersatu dengan Sanghayang Adi
Buddha.[13]
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
kehidupan di dunia ini atau alam semesta sudah ada tata keduniaan alam yang
sudah dibahas di atas, yang semua itu berkaitan dan berhubungan erat dengan
manusia dan manusia itu sebagai makhluk hidup paling sempurna dibandingkan
makhluk hidup lainnya sehinga memiliki sifat paramita dan mara yang semuanya
itu dimiliki oleh makhluk hidup tanpa terkecuali manusia yang menempati alam
semesta. Sehingga manusia dapt memilih hidup dalam kehidupannya yang dianggap
benar maupun yang salah menurut nalurinya.
[1]
Dr. A.G. Honing Jr, ilmu agama, PT GUNUNG MULIA, Jakarta 1997.h.202
[2]
Mukti Ali, agama-agama di Dunia, IAIN SUNAN KALIJAGA ,Yogyakarta 1988.h.121
[3]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia.h.121-122
[4]
Kebahagian Dalam Dharma, h. 300-309
[5]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 121-123
[6]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 123-124
[7]
Drs, Suwarto T, Budha Dharma Mahayana, Majlis Agama Budha Indonesia
[8]
Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia. h. 125
[9]
Drs. Suwarto T, Budha Dharma Mahayana. h. 61
[10]
Ibid
[11]
Kebahagiaan Dharma-Dharma, h. 20-21
[12]
Ibid
[13]
Kebahagiaan Dharma-Dharma, h. 22-24
0 komentar:
Posting Komentar