Bab 1
PENDAHULUAN
Secara historis agama buddha mempunyai kaitan erat dengan agama yang mendahuluinya, tapi walaupun demikian agama buddha mempunyai perbedaan dengan agama yang mendahuluinya dan yang datang sesudahnya, Salah satunya agama hindu. Sebagai agama, ajaran buddha tidak bertitik tolak dari tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Tetapi dari keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang dihadapi dan dijalani manusia agar terbebas dari lingkaran dukka yang selalu mengiringi hidupnya. Dan dalam jangka waktu yang lama ini, masalah ketuhanan itupun belum mendapatkan perhatian yang semestinya.
Dalam alur sejarah agama di india, zaman agama buddha dimulai semenjak tahun 500 SM hingga tahun 300 M. Berangkat dari titik tolak ajaran yang dikembangkan tersebut, banyak para peminat ilmu agama mempertanyakan apakah agama buddha dipandang sebagai agama, atau hanya salah satu aliran filsafat saja. Sejalan dengan itu edwarad conze menyatakan bahwa buddhisme dapat dianggap sebagai agama dan suatu aliran filsafat. Sebagai agama, buddhisme merupakan suatu bentuk organisasi dari cita-cita yang bersifat spiritual yang menolak adanya unsur kekuasaan duniawi, yang ajarannya mampu memberikan sukses dalam mengatasi dunia dan dalam mencapai keabadian ataupun kehidupan setelah mati. Sebagai suaatu aliran filsafat, kata conze, buddhisme bersifat dialektis pragmatis yang bercorak kejiwaan
LATAR BELAKANG
Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, (IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988), h. 101
Dalam bab agama Hindu kita mencoba menggambarkan dua gerakan yang patut dicatat – para rishi Upanishad dan Sri Krishna – yang bangkit di India melawan politeisme Brahmana dan ritualisme. Betapa pun mereka akhirnya terserap dalam agama Hindu dan ciri mereka yang khas lenyap karena kompromi dengan sistem yang ditentang oleh mereka. Agama Buddha adalah revolusi yang lain lagi terhadap agama Brahmana, dan gerakan besar ini tidak dapat bercampur lagi dengan agama Hindu. Buddha bukanlah suatu agama yang berbeda, melainkan suatu sistem yang positif. Namun demikian, setelah suatu masa sukses dan popularitas yang luas, agama ini terasing dari tanah kelahirannya oleh agama Hindu yang dibangkitkan lagi. Tetapi sebelum hal itu terjadi, agama Buddha telah tersebar ke berbagai negeri di luar India dan menjadi satu dari agama dunia yang besar.
India dalam abad ke enam sebelum masehi bukanlah suatu kerajaan yang luar biasa atau kekaisaran. Negeri itu mempunyai sejumlah raja dari suku-suku serta marga tertentu yang memerintah daerah-daerah kecil. Beberapa logat dipergunakan meskipun Sansekerta adalah bahasa yang suci. Kitab Weda telah mendapat gelar yang misterius sebagai kitab wahyu. Pengorbanan dan upacara menurut faham Brahmana telah dijalankan secara luas dengan penuh keyakinan, bahwa melalui upacara itu maka manusia yang melakukannya akan memperoleh apa yang diinginkannya di dunia ini maupun di akhirat. Para pendeta Brahmana dihormati dan ditakuti sebagai setengah dewa. Masyarakat dibagi dalam empat kasta secara ketat dengan kaum Brahmana yang memperoleh kedudukan penuh fasilitas, di pihak lain kaum Sudra dan Paria menjalani hidup dalam keadaan yang lebih buruk dari binatang piaraan. Kitab hukum agama Hindu menyatakan : ‘Telinga seorang Sudra yang mendengarkan penuh perhatian ketika Kitab Weda dibacakan harus disumpal dengan logam cair, lidahnya harus dipotong bila membacanya, badannya harus dibelah bila hafal dalam ingatannya”. Bila seorang Sudra berbuat demikian besar, misalnya memberikan sekelumit nasehat kepada seorang Brahmana, minyak panas harus dituangkan ke telinganya.
Orang Hindu telah mengembangkan kegemaran untuk berfilsafat secara hitam putih, yang tiada lain kecuali mencari kebenaran atau menyalib orang. Ini adalah abad kekacauan yang penuh untung-untungan dengan ilmu agama yang tidak tentu dan pertengkaran yang membingungkan. Kehidupan akhlak sangat menderita karena banyak permasalahan metafisik, dan perselisihan keagamaan yang menyerang habis daya serta tenaga rakyat. Dalam hutan dan gua-gua hiduplah banyak resi dan pertapa yang menjalankan penyiksaan diri dan menolak kesenangan bagi diri mereka untuk masa yang panjang dan percaya bahwa ini adalah jalan untuk mencapai ketinggian rohani.
Pengertian Dasar Buddha Dharma
1. Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budha berarti menjadi sadar, kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Press, London, 1965). Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri Agama buddha.
1. Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1. Doktrin
2. Hak, keadilan, kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya.
Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma.
2. Tripitaka
Kitab suci yang dewasa ini dipakai dalam agama Buddha ditemukan dalam bahasa Pali dan bahasa Sanskerta. Nama umum yang diberikan untuk kumpulan kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka. "Tri " berarti "tiga " dan "pitaka " berarti "keranjang " atau biasa diartikan sebagai "kumpulan ". Tripitaka dengan demikian adalah " Tiga Keranjang " atau "Tiga Kumpulan", terdiri dari:
1. Vinaya Pitaka atau Kumpulan Disiplin Vihara.
2. Sutta/Sutra Pitaka atau Kumpulan Ceramah/Dialog.
3. Abhidhamma/Abhidharma Pitaka atau Kumpulan Doktrin Yang Lebih Tinggi, hasil susunan sistematis dan analisis skolastik dari bahan-bahan yang ditemukan dalam Sutta/SutraPitaka.
Vinaya Pitaka:
1. Parajika
2. Pacittiya
3. Mahavagga
4. Culavagga
5. Parivara
Sutta Pitaka:
1. Digha Nikaya
2. Majjhima Nikaya
3. Samyutta Nikaya
4. Anguttara Nikaya
5. Khuddaka Nikaya
Abhidhamma Pitaka:
1. Dhammasangani
2. Vibhanga
3. Dhatukatha
4. Puggalapannatti
5. Kathavatthu
6. Yamaka
7. Patthana
Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka merupakan suatu kumpulan Tata Tertib dan Peraturan Cara Hidup yang ditetapkan untuk mengatur murid-murid Sang Buddha yang telah diangkat sebagai bhikkhu atau bhikkhuni ke dalam Sangha. Peraturan-peraturan ini berupa himbauan dari Sang Buddha dengan tujuan agar mereka menguasai dan mengendalikan perbuatan jasmani dan ucapan mereka. Kitab ini juga menyangkut hal-hal mengenai pelanggaran peraturan; terdapat berbagai jenis peringatan dan usaha pengendalian sesuai dengan sifat pelanggaran yang dilakukan.
1.1 Tri Ratna
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma, Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Buddha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut:
Bahasa Sansekerta :
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami
Bahasa Indonesia :
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma
Aku Berlindung kepada sangha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma
Kedua kali Aku Berlindung kepada sangha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada sangha
1.2 Pengertian Saddha
Saddha sadalah sebutan dalam bahasa pali atau sradha dalam bahasa sansekerta yang artinya keyakinan atau kepercayaan benar (cofident). Ajaran agama Buddha menekankan suatu kepercayaan yang ditimbukan oleh suatu yang nyata. Saddha dapat diartikan sebagai: keyakinan, kepercayaan benar, keimanan dalam bakti.
Keyakinan yang dinamakan saddha, adalah iman atau kepercayaan yang berdasarkan kebijaksanaan, apa yang diajarkan Buddha sebagai kebenaran mutlak.
Menurut Asanga (abad ke-4) saddha mengandung 3 unsur yakni: keyakinan yang
Kuat akan sesuatu hal, kegembiraan yang mendalam terhadap sifat-sifat yang baik, dan harapan untuk memperoleh sesuatu dikemudian hari. Kayakinan yang kuat bukan berarti sebatas kepercayaan yang lazim dikenal oleh banyak orang, keyakinan disini menekankan aspek melihat, mengetahui dan memahami.
1.3 Pengertian Sangha
Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terbentuk). Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perempuan) adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma.
Bedanya kepercayaan dengan saddha
- · Kepercayaan akan timbul bilamana kita tidak dapat melihat segala sesuatunya dengan betul dan nyata. Pada saat kita melihat, persoalan kepercayaan itu tidak akan ada lagi. Bila saya katakan kepada anda bahwa menyembunyikan mustika ditelapak tangan yang saya genggam, kepercayaan segera timbul, sebab anda tidak melihatnya dengan mata sendiri. Tetapi bila saya buka genggaman tangan tadi dan memperlihatkan mustika itu, dengan sendirinya kepercayaan tidak akan timbul. Pepatah kuno penganut agama Buddha” mengalami sendiri seperti orang melihat mustika di telapak tangan”
- · Saddha akan timbul bila kita melihat segala sesuatunya dengan betul dan nyata.
Pengembangan Keyakinan dalam agama buddha biasanya saddha sering di sebut dengan sad saddha yaitu:
1) Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa
Semua sekte agama Buddha berkeyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa dan menyebutnya dengan sebutan yang berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Yaitu parama Buddha, sanghyang adi Buddha, hyang Tatagatha, yang Maha Esa dan lain sebagainya.
Shanghyang adi budha itu sendiri adalah merujuk pada benih kebudhaan yang terdapat dalam diri seorang,dalam Mahayana Adi Buddha merujuk pada primordial Buddha yang menggariskan Dhamma Universal yang sama. ini juga akan merujuk pada Sambhogakaya,Nirmanakaya dan Dharmakaya.
2) Keyakinan terhadap triratna
Kayakinan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha.untuk mengenang Buddha karena jasa beliau maka dapat ditunjukan dengan keyakinan belajar dhamma dan melaksanakan dhamma dalam kehidupan sehari-hari dan merealisasikannya sehingga mencapai tingkat kesucian dengan melenyapkan usia tua, sakit, dan mati, serta mematahkan roda samsara. Umat Buddha yakin kepada sangha karena sanghalah maka dapat lestari tanpa adanya sangha kita tidak dapat mengenal dhamma yang dibabarkan sang Buddha gotama.(di jelaskan dalam trinusati).
3) Kayakinan terhadap adanya Bodhisattva, arahat dan deva
Boddhisattva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha, dengan menyempurnakan paramita.
Arahat adalah seorang pemeluk agama Buddha atau Jainisme yang telah terbebas belenggu tanha (hawa nafsu), dengan jalan mencapai penerangan sempurna. Juga disebut siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.
Dewa adalah mahluk mahluk yang hidup dialam dewa surga, yang hidup dengan hasil ciptaannyasendiri berkat kekuatan karma baik atau kusala kamma yang dilakukan pada kehidupannya lampau maupun semasa di alam dewa.
4) Keyakinan terhadap hukum kesunyataan
· Hukum cattari ariya saccani (empat kesunyataan mulia) yaitu:
Kesunyataan mulia tentang dukkha, sebab dukha, lenyapnya dukha, dan jalan menuju lenyapnya dukha
· Hukum kamma dan punarbhava
· Hukum tilakkhana (anicca, dukkha, anatta)
· Hukum paticcasamuppada
5) Keyakinan terhadap kitab suci (tripitaka)
· Adanya tuhan yang maha esa, triratna, tilakkhana, cattari ariya saccani, paticcasamuppada, kamma, punarbhava, nibbana dan bodhisattva, pencapaian nibbana atau kesucian batin, adanya surga, neraka dan alam-alam kehidupan lain.
· Adanya siswa Sang Buddha yang mencapai kesucian
· Adanya uraian tentang cara yang dapat dilaksanakan, yang sesuai dengan apa yang diajarkan Sang Buddha, yang bisa dipraktekkan dan berhasil, maka kita akan dapat mencapai tingkat kesucian batin (nibbana) paa kehidupan sekarang.
6) Kayakinan terhadap nirvana atau nibbana
Keyakinan umat Buddha terhadap Nibbana yaitu didasarkan pada khotbah Sang Buddha yang pertama yaitu “dhammacakkhapavathana sutta” khotbah tersebut dinyatakan bahwa untuk mengatasi penderitaan akibat roda samsara adalah dengan pencapaian nibbana.
Daftar Pustaka
----------The Road to Nirvana- A Selection of the Buddhist Scripture in Pali, diterjemahkan oleh E.J. Thomas, Wisdom of the East Series, London, 1950
----------Christmas Humphreys, Buddhism Pelican Book, (Harmondsworth, 1959)
----------Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988
--------- www.google.com
--------- http://satyadharma-medan.blogspot.com
--------- Wikipedia
--------- ^ Itivuttaka, Sumber:Itivuttaka, Kitab Suci Agama Buddha, Alih Bahasa Pali ke Bahasa Inggris : John D. Ireland, Maribaya-Lembang, Bandung 40391, 1998
0 komentar:
Posting Komentar